ini lah perjalanan saya pada Sabtu, 15 Juni 2013
Jepang banyak meninggalkan jejak di pulau Lombok. salah satunya adalah Hutan Bakau Gili Petagan, Lombok Timur. Hutan Bakau ini dibuat oleh Jepang sebelum Indonesia Merdeka yaitu pada tahun 1941. dari Hasil Karya para tentara Jepang tersebut, Lombok Timur menjadi satu-satunya pulau Bakau di Lombok. Hutan Bakau itu sekarang menjadi salah satu tujuan Wisata di Lombok Timur. tak hanya itu, Hutan Bakau ini sekarang dikelilingi Padang Lamun dan Terumbu karang yang indah. Mau tahu apa itu Padang Lamun. padang Lamun adalah padang rumput yang tumbuh di dalam laut. begitu Indahnya Pulau Lombok untuk selalu dijelajahi dan disyukuri.
Pernahkah anda mendengar tentang Gili Kondo?, ataukah anda pernah mendengar tentang Gili Bidara?, ataukah pernah mendengar tentang Gili Petagan yang dibuat oleh Jepang?, ataukah pernah mendengar cerita tentang kapal jepang yang terdampar di tengah laut?.
Semua jawabannya akan terjawab ketika anda selesai membaca tulisan yang ringan ini serial Tour de Gili Kondo.
Gili Kondo memang tidak se familiar Gili Trawangan, pun juga tidak se fenonimal pulau Moyo yang sudah dikunjungi Putri Diana, Mick Jagger, David Beckam, Edwin Van Der Sar, an Maria Sharapova, pun juga tidak se kontroversial Gili Nanggu yang pernah terjadi desas desus di media massa bahwa pulau ini dijual.
Tapi, karena perjalanan tujuan ke Gili Kondo lah, cerita ini saya buat. Yups betul. Rombongan kami akan melakukan perjalanan ke Gili Kondo melalui pantai Sambelia yang ada di kabupaten Lombok Timur. Gili Kondo terletak di antara dua pulau yaitu pulau Lombok dengan pulau Sumbawa, di antara dua gunung yaitu Gunung Rinjani di pulau Lombok dan Gunung Tambora di pulau Sumbawa (bisa ngak yaa gunung tambora bisa dilihat dari Gili Kondo).
Kawasan Gili Kondo termasuk kawasan selat, yaitu selat Alas. Selat Alas inilah yang memisahkan antara pulau Lombok dengan pulau Sumbawa. Selat ini juga merupakan salah satu produksi cumi-cumi terbesar di Indonesia.
Untuk menuju kawasan Gili Kondo bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Sewa kendaraan dari Mataram sekitar Rp250.000. Yang dari Mataram anda akan melewati Aikmel (air dingin) dan Sambelia di Lombok Timur. Waktu perjalanan dari mataram ke tempat penyeberangan Sambelia menuju ke Gili Kondo sekitar 2.5 jam.
Sedangkan yang dari sumbawa anda bisa melalui pelabuhan Pototano ke pelabuhan kayangan. Waktu tempuh ke pelabuhan hanya 30 menit. Di kayangan ini ada dua pelabuhan yaitu Public Harbour dan Private Harbour (Newmont).
Jalan masuk ke penyeberangan ke Gili Kondo tidak begitu mencolok. Di jalan masuk menuju Gili Kondo ada tulisan di kanan jalan “Ke Gili Kondo”, “Pos TNI selat Alas”
Rombongan kami waktu itu berjumlah 17 orang. Untuk menyeberang ke Gili Kondo harus menyewa satu perahu. Harga sewa satu perahu antara 150 ribu s/d 200 ribu.
Kalau anda pertama kali ke Gili Kondo sebaiknya tidak hanya ke Gili Kondo saja. Tapi cobalah mampir ke gili-gili lainnya di sekitar Gili Kondo yaitu Gili Petagan/Gili Lampu, Gili Kapal, dan Gili Bidara. Maka anda akan mendapatkan petualangan yang lebih seru dan asik. Memang, harga sewa kapalnya lebih mahal daripada hanya ke Gili Kondo, tapi, serunya itu yang tidak akan terlupakan.
Saat rombongan kami yang terdiri dari 17 orang tiba di tempat penyeberangan Sambelia. Kami mendekati petugas yang menyewakan kapal. Karena kami ingin keliling ke semua gili, petugas memberikan harga sebesar Rp. 450.000,00. Setelah kami melakukan negosiasi harga, kami pun akan berangkat dengan menggunakan dua perahu. Masing-masing perahu bisa muat 10 orang.
Rombongan dibagi menjadi dua. Rombongan saya ada sembilan orang. Salah satunya rombongan cewek yang namanya Dina. Kami pun berangkat menuju pulau yang terbesar dilihat dari pantai Sambelia yaitu Gili Petagan. Dalam perjalanan menuju Gili Petagan, warna lautnya begitu biru. Warna biru itu menunjukkan dalamnya dasar laut.
Dari perahu ini, saya bisa menyaksikan Gili Bidara dan Gili Kondo. untuk melihat dua pulau itu, anda bisa melihat pasir putihnya dari kejauhan. Pasir putih itu seakan-akan mengelilingi pulau-pulau itu. Sedangkan pulau pertama yang kami tuju tidak ada tanda pasir sama sekali. Saya hanya melihat rimbunan pepohonan.
Saat perahu di tengah-tengah laut antara Gili Petagan dengan pantai, kami disajikan pemandangan laut yang indah. Terumbu karang yang begitu indah bisa kami saksikan dari atas perahu. Seketika itu juga rombongan saya langsung melihat bersama terumbu karang itu. Rombongan yang awalnya hanya bercanda dengan teman di sampingnya, seakan-akan berhenti. ayoo ke sini. terumbu karangnya kelihatan dari perahu, kata salah seorang rombongan.
Berhenti dari ngobrol, dan langsung termenung melihat karang laut itu. Saya dan kawan-kawan langsung berteriak ke petugasnya untuk melambatkan perahunya. Perahu itu pun mulai melambat. Kami pun semakin menikmatinya. Di bawah perahu, kami bisa menyaksikan terumbu karang. Saat kami meluruskan pandangan ke depan lagi, maka pulau dengan pasir putihnya yang terlihat.
Saya pun berpikir kenapa perahu rombongan kami yang satunya lagi tidak ada di dekat perahu rombongan saya. Apalagi kalau seandainya perahu sama-sama berhenti di atas terumbu karang itu, saya pun bisa memotret perahu yang satunya itu di atas terumbu-terumbu karang. Satu kata, “aku hanya bisa mengagumi semua ini”.
Setelah melewati indahnya terumbu karang, saya melihat yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kita akan memasuki Hutan Bakau Gili Petagan, kata sang Pemandu rombongan. “Hutan Bakau ini dibuat oleh Tentara Jepang pada Tahun 1941”. Hutan Bakau ini dibuat saat Jepang sebelum Jepang diporak-porandakan oleh Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Jepang meninggalkan jejak yang sangat bermanfaat untuk masa depan Lombok yang kelak Hutan Bakau diberi nama Hutan Bakau Gili Petagan.
Tumbuhan yang ada di dalam laut itu bukan terumbu karang tapi semacam padang rumput kalau di daratan. Saya pun hanya bisa melihat dan memperhatikan padang rumput laut tersebut. Reza, salah satu rombongan kami seakan mengerti ketidaktauan saya. Dia mengatakan bahwa padang ini adalah padang lamun, seakan-akan kita melamun kalau kita melihat padang lamun. Ikan-ikan yang tinggal di sini adalah ikan kecil-kecil, imbuhnya.
Seakan tidak percaya dengan omongan reza, saya pun cari referensi. Dari berbagai referensi itu, ternyata padang lamun memang banyak dijumpai di Indonesia. Terutama di Indonesia bagian Timur salah satunya adalah pulau lombok. Kenapa di Indonesia bagian timur banyak padang Lamun?. Karena Indonesia timur diduga dekat dengan pusat penyebaran lamun di perairan indo pasifik, yaitu Filipina dan Australia Barat.
Ikan-ikan senang tinggal di padang lamun. Bahkan ada jenis ikan yang sepanjang hayatnya tinggal di padang lamun ini. Dari sekian banyak hewan laut, penyu hijau dan ikan duyung adalah dua hewan pecinta berat padang lamun. Bahkan, bisa dikatakan hidupnya tergantung ke padang lamun ini.
Saking nikmatnya memandangi keindahan taman laut ini,tidak terasa pulau yang kami tuju semakin dekat. Dari jauh keliatan seperti sebuah pulau, semakin dekat pulau itu semakin jelas bentuknya. Semakin jelas pula yang kami perhatikan sejak tadi. Ternyata, ini bukan pulau seperti biasanya tapi ini pulau luar biasa. Pulau ini lah yang ada di tengah laut, dan pulau inilah yang dibuat oleh manusia di tengah laut. Pulau ini bukan lautan yang ditimbun agar menjadi daratan seperti di singapura. bukan
Pulau inilah yang dibuat oleh Jepang pada tahun 1941. Dan saya baru menyaksikan pulau yang ada di tengah-tengah lautan. Pulau ini adalah pulau Bakau. Yups betul, inilah tanaman bakau yang dibuat sesuai dengan tujuan pembuatnya.
Saya tidak tahu kenapa orang jepang mau membuatnya, di pulau lombok lagi bukan di jepang. Saya juga tidak tahu punya maksud apa dibalik semua penanaman di tengah laut ini?. Yang pasti, walaupun saya tidak tahu maksud dibalik semua itu, saya hanya tahu bahwa yang dibuat jepang pada tahun 1991 itu sudah nampak hasilnya saat ini.
Inilah hutan bakau yang ada di tengah laut. Mungkin kalau boleh saya menebak secara kasat mata, tujuan jepang untuk membuat hutan bakau ya untuk konservasi laut. Itulah jawaban simple saya
Begitu memasuki pintu gerbang hutan bakau, Reza langsung didaulat untuk di-shooting, berbicara menirukan apa yang dikatakan oleh petugas “selamat datang di Petagan, hutan bakau. Hutan bakau ini dibuat oleh Jepang pada tahun 1991”. Yang bertugas menyuting sekaligus sutradara adalah bapak Hari Eka. Saya dan kawan-kawan bertugas menjadi penontonnya.
Shooting selesai, kami pun langsung melihat-lihat hutan bakau itu. Pohon bakau yang ditanam ada yang agak jarang, ada yang rimbun, dan ada juga ditanam rapi. Ternyata itu semua membentuk pola tertentu. Tidak hanya pohon bakau yang kami nikmati, kami pun bisa melihat padang lamun yang ada di sekitar perahu kami.
Setelah melewati pohon bakau yang agak jarang, kami seakan-akan melewati pintu gerbang yang kedua. Sisi kanan ada hutan bakau berjajar rapi dan rimbun, begitu juga sisi kirinya sama seperti sisi kanannya, dan bagian tengahnya kosong. Bagian tengah itulah sebagai jalur perahu kami.
Beberapa kawan kami termasuk saya keluar dari dalam perahu biar lebih bebas melihat bakau di kanan kiri kami. Kami menyusuri lautan mengikuti jalur hutan bakau ini, kalau hutan bakaunya belok kiri, kami pun belok kiri. Kalau bakaunya ke kanan, kami pun kanan.
Saat ada pertigaan, pemandu kami ambil jalur kanan. Saya tidak tahu kalau jalur kiri tanaman bakaunya berbentuk pola apalagi dan tembus kemana. Saat melewati jalur kanan itulah jalan keluar hutan bakau. Jalan keluarnya, jalur untuk perahunya lebih lebar daripada jalan masuknya. Kami pun keluar dari hutan bakau ini dengan penuh kenangan. Kenangan indahnya hutan bakau oleh seorang arsitek jepang.
Saat keluar dari hutan bakau itu, ada beberapa tanaman bakau yang masih kecil. Tanaman bakau itu sepertinya memang baru ditanam. Tanaman bakaunya pun dibuat jarang-jarang. Setelah keluar hutan bakau ini, saya bisa melihat pemancar yang berada agak jauh dari hutan bakau ini. “Saat malam, pemancar itu nyala seperti lampu sampai ke pulau sumbawa”, kata pemandunya. Sehingga orang-orang menyebut hutan bakau ini dengan gili lampu. inilah tulisan saya serial Menyusuri Hutan Bakau Gili Petagan. ( @caderabdulpaker /bersambung)
Wah makin rajin menulis saja nih… daerah jajahannya juga makin banyak ya Der…
yaaa neh mas bek….semuanya gara-gara mas bek neh…bikin aplikasi karena mas bek, beli kamera karena mas bek, eh belajar nulis juga karena mas bek….yaa jajahan di mataram banyak hehe….monggo ke ke ke mataram hehe
Anjritttttttt ….keren mampus, nyesel kmrn diajakin ke sini gw tolak dan milih santai di trawangan ihik ihik ihik 😦
yaaaa mas di selat Alas ini emang keren…yaaa wis direncanakan lagi minggu depan kalo gitu..heheh…