Paserang, satu di antara delapan

 

Paserang From the Top Hill

Paserang From the Top Hill

Nanjak Bukit Padang Savana

Nanjak Bukit Padang Savana

Paserang. Saya sudah jatuh cinta dengan pulau ini sejak berada di tengah laut. Menyaksikan indahnya mentari sore dari atas laut. Baru kali ini saya menyaksikan mentari terbenam langsung dari tengah laut. Di perairan Selat Alas. Bersama 7 kawan kami.

Mendarat di pulau ini, saya semakin cinta dengan pulau ini. Pulau dengan bukitnya dengan rumput rumput meranggas berwarna kecoklatan dengan ditaburi cahaya senja yang indah.

Pulau Paserang termasuk salah satu pulau dari delapan pulau-pulau yang berada di selat Alas yang lebih dikenal dengan sebutan Gili Balu’. Gili Balu’ itu antara lain P. Belang, P. Kambing, Paserang, Kenawa, Ular, Mandiki, Namo dan Kalong. Gili Balu’ akan dikembangkan menjadi calon kawasan Konservasi perairan daerah pemerintah daerah kabupten Sumbawa Barat (KSB).

Dulu sebelum lalu lintas Lombok Sumbawa menggunakan Kapal Ferry, Paserang pernah menjadi pulau barter-tempat bertemunya pedagang dari pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Hingga sekarang, pulau ini dikenal dengan sebutan pulau Pasar/Paserang. Pulau Paserang ini tak berpenghuni layaknya pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Barat.

Kesunyian akan hilang seiring dengan majunya parisawata di Nusa Tenggara Barat. Pemerintah Provinsi NTB sedang giat-giatnya meningkatkan jumlah wisatawan yang akan datang ke NTB. Target 1 juta wisatawan telah terlewati beberapa tahun lalu. Beberapa penerbangan internasional digalakkan. Lombok-Perth dan Lombok-Malaysia. Sayang, pada bulan Oktober 2014, penerbangan Lombok Pert terhenti. Perusahaan penerbangan Jetstar asal australia mengaku rugi karena rendahnya tingkat keterisian pesawat. Pemerintah menilai bahwa perusahaan penerbangan itu mengalami kesulitan keuangan bukan karena load factor. Penutupan penerbangan Lombok Perth berpengaruh kepada jumlah wisatawan asal Australia.

Romantisme padang savana

Romantisme padang savana

Bahkan, Pemerintah daerah akan membantu Jetstar dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar sebagai bentuk kerja sama promosi pariwisata melalui perluasan basis pasar.

Namun manajemen Jetstar tetap akan menutup rute Lombok Perth. Pemerintah berusaha menggaet perusahaan lain seperti Garuda dll. Semoga ini menjadi titik terang solusi penerbangan internasional di lombok.

Wisatawan Australia menganggap bahwa Lombok adalah sister island-Bali 1980an. Lombok masih alami dengan alam yang masih terjaga. Kealamian Itulah yang menjadi alasan kenapa Lombok punya daya tarik tersendiri daripada Bali yang terlalu overexploitasi.

Majunya pariwisata lombok juga berpengaruh terhadap pulau-pulau tak berpenghuni termasuk di daerah perairan alas ini. Investor-investor akan melirik pulau-pulau yang masih perawan.

Pulau-pulau tak berpenghuni itu akan dikelola secara profesional. Pemerintah mendapatkan hak penyewaanya. Simbiosis mutualisme. Pulau Kenawa akan dikelola oleh PT ESL sedangkan Pulau Paserang dikelola oleh PT. NOP Perwakilan NTB (Nusantara Oriental Permai).

Sebuah Resor “Paradise Ressort dan Cottage” akan dikembangkan di Paserang dengan 350 Cottage termasuk 90 Cottage dengan konsep Water Villa. Paserang akan dikembangkan menjadi “Maldives” Indonesia. Ada enam Cottage yang sudah dibangun. Kayu-kayu Cottage dan pekerjanya dibawa langsung dari tomohon. Inilah bangunan satu-satunya yang benar asli dari Tomohon yang ada di sumbawa.

Paserang akan menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Pulau Paserang berbentuk bulat dengan sebuah bukit yang dikelilingi barisan pasir putih. Terumbu karang yang cantik di sekitar dermaga.Tak hanya itu, Paserang memiliki daya tarik dengan konsep “padang savana “ nya. Rumput-rumput kering meranggas berwarna kecoklatan memanjakan mata.

puncak bukit itu

puncak bukit itu

Semburat warna jingga kemerahan menghiasi langit pulau Paserang. Seorang perempuan setengah baya dan dan beberapa pekerja menyambut kami dan mempersilahkan untuk menempati dua Cottage. Rombongan kami berjumlah 17 orang. Seorang Perempuan itu adalah Tendri Niwik, Direktur PT NOP NTB.

Rombongan kami sebanyak 17 orang akan menginap di dua Cottage malam ini secara gratis. Ya gratis. Hadiah terindah dalam perjalanan kami malam ini. Cottage ini masih gratis karena memang belum dibuka untuk umum. Terima kasih Bu Tendri. Kami akan kembali insyaalloh.

Alhamdulillah malam ini akan menginap di Cottage tanpa springbed setelah sebelumnya kami sudah tidur di atas pasir pototano. Cottage ini belum ada fasilitas air tawar maupun segala fasilitas yang biasanya tersedia di cottage.walaupun seperti itu, fasilitas penerangan sudah ada di pulau ini. ini lah yang terpenting.

air tawar di Paserang sangat mahal karena harus dibawa dari pulau Sumbawa. Air tawar hanya ada di bak penampungan yang hanya dipergunakan untuk keperluan tertentu seperti berwudhu. Air untuk mandi dan buang air besar kami menggunakan air laut.

Berpose

Berpose

Kami melewati malam di pelataran Cottage dengan bermain kartu dan bernyanyi. Kecuali jefry dan Daffa yang akan melewati malam di paserang di pinggir pantai dengan api unggun yang menyala-nyala.

Pagi-pagi buta, langit-langit Sumbawa dihiasi semburan cahaya merah matahari terbit. Sinarnya bersinar menembus kamar Cottage kami. Melewati sela-sela padang savana meranggas kecoklatan. banyak cara kami melewati pagi ini dengan saling bernarsia ria, berteriak-teriak tidak jelas di antara padang savana paserang. Merasakan deburan ombak dengan semilir angin di pagi hari.

Pagi ini, kami menaiki bukit paserang. Dari Puncak bukit, kami lebih leluasa menikmati keindahan pulau paserang dengan padang savananya. Mentari pagi yang memendarkan warna merah menyelimuti paserang pagi ini. saya membayangkan kalau Paradise Ressort dan Cottage sudah semuanya selesai dibangun. Tanah lapang dan pantai pesisir barat Paserang akan dipenuhi Cottage dengan berbagai fasilitas. Dalam hati saya berfikir agar bisa kembali setelah pembangunannya selesai.

Inside of Cottage

Inside of Cottage

Di tepian pantai, dua kawan saya, Jefry dan Daffa sedang berjalan seperti sedang menginjak sesuatu di dalam air. Pagi ini air laut sedang surut sehingga terumbu karang-terumbu karang yang biasanya di dalam laut muncul ke permukaan. Jefry dan Daffa mencari sesuatu dibalik terumbu karang : ikan Sebelah.

Di Pinggiran pantai, saya hanya memperhatikan jefry dan daffa yang sedang mencari ikan sebelah. Beberapa kali Daffa menginjak pasir-pasir agak keras. Jeffry duduk dengan cara jongkok tepat di samping Daffa. Ya begitulah cara mencari ikan sebelah: menginjak-nginjak pasir. Kawan-kawan lain siap siaga untuk mengambil ikan yang yang biasa bersembunyi di balik pasir itu.

Beberapa Daffa dan Jefry berpindah-pindah tempat. Lumayan cukup susah menangkap ikan bertubuh licin. Perjuangan jefry akhirnya terbayarkan setelah beberapa kali berpindah. Ikan berwarna belang dengan bentuk yang cukup unik. Separuhnya badannya berkulit gelap, separuhnya lagi tanpa kulit dengan warna dasar putih. Persis seperti ikan yang separuhnya diambil kulitnya. Inilah keunikan ikan sebelah.

Flatfish atau Ikan sebelah hidup seperti bunglon dengan menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungannya. Ikan sebelah sering disebut juga sebutan ikan sisa nabi. Orang-orang nelayan Bajo yang saya temui di sana juga menyebutnya sebagai ikan Sisa Nabi.

Alkisah, Nabi musa akan bertemu dengan Nabi Hidir di perbatasan dua laut. Keberadaan Nabi Hidir ditandai dengan hidupnya ikan yang separuh badannya sudah dimakan oleh Nabi Musa tersebut. Itu terjadi saat Nabi Musa beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang. Nabi Musa dan pembantunya beristirahat dan kemudian memakan bekal yang dibawanya dari tadi termasuk ikan yang baru dimakan separuhnya. Setelah melepas lelah, Nabi Musa dan Pembantu melanjutkan perjalanan kembali.

Hari ini, di pulau paserang ini saya baru merasakan lezatnya ikan sebelah atau ikan sisa nabi ini. dagingnya sedikit kenyal tapi empuk. Cara memakannya unik: dimulai dari tubuh terluar kedalam seperti seorang yang sedang menguliti daging kambing. Bagi kawan-kawan yang sempat menginap di Paserang, sempatkanlah merasakan lezatnya daging ikan sebelah ini.

Pagi ini, kami akan menikmati hamparan terumbu karang pulau Paserang. Sejak pagi, sebelum kami snorkling. Saya sudah melihat hamparan terumbu karang yang muncul di permukaan. Bagi yang tak ingin berbasah-basahan kita bisa menikmati terumbu karang dari atas Dermaga. Paserang memang menawarkan wisata bahari yang sangat memukau. Terumbu karangnya beragam dan dangkal. Saking dangkalnya, jika kita snorkling kurang berhati-hati, anggota badan kita bisa terluka terkena goresan terumbu karang yang terlalu dangkal.

Bu Tendri Niwik dan anaknya saat menyambangi kami sebelum kami pulang

Bu Tendri Niwik dan anaknya saat menyambangi kami sebelum kami pulang

seorang anak laki-laki Ibu Tendri Niwik, Oki namanya. Dia sedang duduk bersama pekerja di atas darmaga. Oki banyak bercerita tentang keadaan pulau paserang serta progres pembangunan resort di paserang. pagi itu, kami lebih banyak menikmati indahnya terumbu karang di sekitar dermaga. Melihat kawan-kawan kami yang mengejar penyu yang berenang dan merasakan deburan ombaknya. Melihat arus laut yang memutar-mutar tak jauh dari tempat snorkling. Arus laut yang cukup membayakan bagi snorkler pemula seperti saya. para snorkler kadang sering tak sadar bahwa dia telah dibawa ke tengah laut. Tau-tau kita sudah berada di tengah laut.

“Cottage ini dibuat oleh orang Tomohon asli. Mereka langsung dibawa dari sana. Kayu-kayunya juga dibawa langsung dari Tomohon. Kayu-kayunya berasal kayu besi. Atapnya juga berasal kayu besi. Kayu besi ini bisa bertahan 50 tahun dan tahan terhadap segala cuaca”, kata Oki yakin. Bahkan, Istana Kerajaan Sumbawa terbuat dari Kayu, imbuhnya. Saya hanya mengangguk mengiyakan semua jawabannya. Kayu Besi memang merupakan salah satu yang kuat terhadap Cuaca: Panas dan Hujan. Di Tomohon sana, Kayu besi banyak digunakan untuk membuat kapal-kapal Phinisi yang terkenal seantero dunia.

Dari Dermaga, saya merasakan desiran angin laut sambil memandangi pulau kambing dan pulau Belang yang bersebelahan. di Pulau Belang banyak danau-danau air asin yang berada di tengah-tengah pulau. Itu lah penjelasan yang kami dapatkan dari anak perempuan Ibu Tendri. Bahkan kami disuruh agar menyempatkan pergi ke pulau belang melihat laguna-lagunanya dan merasakan masakan-masakan lautnya yang lezatnya. Akh mungkin suatu saat saya bisa mengunjungi laguna-laguna seperti yang disarankan.

Saat matahari sedang teriknya, Ibu Tendri Niwik, Direktur PT NOP mendekati kami yang sedang berkemas-kemas untuk meninggalkan paserang. Bu Tendri datang bersama anak perempuannya lengkap dengan topi khas pantainya. Beliau berpesan bahwa “kalau ada orang atau wartawan tanya apakah kami menarik tarif atau tidak. Bilang aja tidak. Cottage ini masih gratis karena memang dibuka kepada umum.” Di Sumbawa Barat ini ada delapan gili “Gili Balu’ ,“imbuhnya. Di sana ada pulau tikus-maksudnya pulau Kenawa karena bentuknya seperti tikus, katanya sambil telunjuknya menuding nuding pulau kenawa. Memang, ketika pulau Kenawa dilihat dari Google Maps seperti tikus. Tikus raksasa. Masyarakat Sumbawa terbiasa menyebut pulau Kenawa dengan sebutan pulau tikus.

Di sisi barat pulau Paserang, ada dua pulau yang saling bersebelahan: Pulau Belang dan Pulau Kambing. jaraknya dari paserang juga tak terlalu. Ntah lah apakah Pulau kambing juga dinamai sesuai bentuknya yang seperti kambing. “kalau ke sini, sekalian aja main ke Pulau Belang, di sana banyak ikan-ikan enak dan murah-murah seperti Kepiting dan Gurita. 20 ribu sampai 30 ribu dah kenyang tuh. Di pulau Belang juga ada laguna-lagunanya. Mending pulangnya sekalian mampir sana, nanggung dah ke sini” kata anak perempuan Bu Tendri mengiming-imingi kami. Akh sayang, batinku. informasi tersebut hanya membuat kami penasaran saja. Semoga suatu saat nanti kita bisa kembali ke sini dan mampir ke pulau Belang.

Di depan Cottage kami, ada gubug kecil yang terletak di tengah-tengah padang rumput. Gubug kecil milik nelayan suku Bajo yang mencari ikan di pulau Paserang. di gubug kecil itu, mereka bisa beristirahat, makan, dan shalat. Di samping gubug itu, kawan-kawan kami sedang membakar ikan Sebelah yang ditangkap tadi pagi. Bumbu-bumbunya kami minta kepada nelayan Suku Bajo tersebut. Mereka selalu datang setiap pagi ke Paserang dan kembali ke Pulau Sumbawa di siang hari. Gubug suku bajo ini memang sengaja dibiarkan oleh pihak pengelola. “yang penting mereka tidak mengganggu kami,” kata Ibu Tendri.

Saat perahu kami meninggalkan pulau paserang, Agus sang nakoda perahu menanyai seperti apa yang telah diperingatkan oleh Ibu Tendri. Matanya menyelidik. Tatapan tajam. “Kalian ditarik bayaran ngak?kalau kalian ditarik bayaran oleh Mereka, laporkan kepada kami,” agus memastikan bahwa kami benar-benar tak ditarik bayaran. “Mereka itu dah mangkir. Kerjasama sejak dulu tapi baru dibangun sekarang,” imbuhnya tegas. Papan informasi di Pulau Paserang memang menunjukkan bahwa PT NOP menjadi pengelola satu-satunya di Paserang sejak tahun 2012.

pertanyaan-perntayaan yang membuatku bingung. Bukankah sah sah saja seandainya pihak pengelola pulau paserang menarik bayaran kepada wisatawan yang menginap di Cottage-nya. Kan mereka yang membangun. Akh saya semakin tak mengerti. Ada apa?.

Pak Agus bercerita bahwa dulunya dia juga pegawai di PT NOP. “Setahun lalu, saya juga bekerja di sana pak, tapi saya keluar. Ngak enak, saya harus menginap di paserang. keluarga saya di sumbawa Pulang seminggu sekali, gajinya pun kecil. Tak cocoknya mas, makanya saya lebih baik sewa perahu aja” katanya kepada kami saat perahu kami melintasi selat alas meninggalkan Pulau Paserang. setelah itu kami cenderung diam sesekali bercanda. Memotret indahnya pasir putih sumbawa dan memandangi pulau Paserang yang akan kami tinggalkan

Paserang. Saya sudah jatuh cinta dengan pulau ini sejak berada di tengah laut. Menyaksikan indahnya mentari sore dari atas laut. Baru kali ini saya menyaksikan mentari terbenam langsung dari tengah laut. Di perairan Selat Alas. Bersama 7 kawan kami. Berlabuh di pulau ini, saya semakin cinta dengan pulau ini. Pulau dengan bukitnya dengan rumput rumput meranggas berwarna kecoklatan dengan ditaburi cahaya senja yang indah.

Pulau Paserang termasuk salah satu pulau dari delapan pulau-pulau yang berada di selat Alas yang lebih dikenal dengan sebutan Gili Balu’. Gili Balu’ itu antara lain P. Belang, P. Kambing, Paserang, Kenawa, Ular, Mandiki, Namo dan Kalong. Gili Balu’ akan dikembangkan menjadi calon kawasan Konservasi perairan daerah pemerintah daerah kabupten Sumbawa Barat (KSB).

Dulu sebelum lalu lintas Lombok Sumbawa menggunakan Kapal Ferry, Paserang pernah menjadi pulau barter-tempat bertemunya pedagang dari pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Hingga sekarang, pulau ini dikenal dengan sebutan pulau Pasar/Paserang. Pulau Paserang ini tak berpenghuni.

Kesunyian akan hilang seiring dengan majunya parisawata di Nusa Tenggara Barat. Pemerintah Provinsi NTB sedang giat-giatnya meningkatkan jumlah wisatawan yang akan datang ke NTB. Target 1 juta wisatawan telah terlewati beberapa tahun lalu. Beberapa penerbangan internasional digalakkan. Lombok-Perth dan Lombok-Malaysia. Sayang, pada bulan Oktober 2014, penerbangan Lombok Pert terhenti. Perusahaan penerbangan Jetstar asal australia mengaku rugi karena rendahnya tingkat keterisian pesawat. Pemerintah menilai bahwa perusahaan penerbangan itu mengalami kesulitan keuangan bukan karena load factor. Penutupan penerbangan Lombok Perth berpengaruh kepada jumlah wisatawan asal Australia.

Bahkan, Pemerintah daerah akan membantu Jetstar dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar sebagai bentuk kerja sama promosi pariwisata melalui perluasan basis pasar.

Namun manajemen Jetstar tetap akan menutup rute Lombok Perth. Pemerintah berusaha menggaet perusahaan lain seperti Garuda dll. Semoga ini menjadi titik terang solusi penerbangan internasional di lombok.

Wisatawan Australia menganggap bahwa Lombok adalah sister island-Bali 1980an. Lombok masih alami dengan alam yang masih terjaga. Kealamian Itulah yang menjadi alasan kenapa Lombok punya daya tarik tersendiri daripada Bali yang terlalu overexploitasi.

Majunya pariwisata lombok juga berpengaruh terhadap pulau-pulau tak berpenghuni termasuk di daerah perairan alas ini. Investor-investor akan melirik pulau-pulau yang masih perawan.

Pulau-pulau tak berpenghuni itu akan dikelola secara profesional. Pemerintah mendapatkan hak penyewaanya. Simbiosis mutualisme. Pulau Kenawa akan dikelola oleh PT ESL sedangkan Pulau Paserang dikelola oleh PT. NOP Perwakilan NTB (Nusantara Oriental Permai).

Sebuah Resor “Paradise Ressort dan Cottage” akan dikembangkan di Paserang dengan 350 Cottage termasuk 90 Cottage dengan konsep Water Villa. Paserang akan dikembangkan menjadi “Maldives” Indonesia. Ada enam Cottage yang sudah dibangun. Kayu-kayu Cottage dan pekerjanya dibawa langsung dari tomohon. Inilah bangunan satu-satunya yang benar asli dari Tomohon yang ada di sumbawa.

Paserang akan menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Pulau Paserang berbentuk bulat dengan sebuah bukit yang dikelilingi barisan pasir putih. Terumbu karang yang cantik di sekitar dermaga.Tak hanya itu, Paserang memiliki daya tarik dengan konsep “padang savana “ nya. Rumput-rumput kering meranggas berwarna kecoklatan memanjakan mata.

Semburat warna jingga kemerahan menghiasi langit pulau Paserang. Seorang perempuan setengah baya dan dan beberapa pekerja menyambut kami dan mempersilahkan untuk menempati dua Cottage. Rombongan kami berjumlah 17 orang. Seorang Perempuan itu adalah Tendri Niwik. Direktur PT NOP NTB.

Rombongan kami sebanyak 17 orang akan menginap di dua Cottage malam ini secara gratis. Ya gratis. Hadiah terindah dalam perjalanan kami malam ini. Cottage ini masih gratis karena memang belum dibuka untuk umum. Terima kasih Bu Tendri. Kami akan kembali insyaalloh.

Alhamdulillah malam ini akan menginap di Cottage tanpa springbed setelah sebelumnya kami sudah tidur di atas pasir pototano. Cottage ini belum ada fasilitas air tawar maupun segala fasilitas yang biasanya tersedia di cottage.walaupun seperti itu, fasilitas penerangan sudah ada di pulau ini. ini lah yang terpenting terutama untuk mengecharge alat komukasi kami yang sudah mati.

air tawar di Paserang sangat mahal karena harus dibawa dari pulau Sumbawa. Air tawar hanya ada di bak penampungan yang hanya dipergunakan untuk keperluan tertentu seperti berwudhu. Air untuk mandi dan buang air besar kami menggunakan air laut.

Kami melewati malam di pelataran Cottage dengan bermain kartu dan bernyanyi. Kecuali jefry dan Daffa yang akan melewati malam di paserang di pinggir pantai dengan api unggun yang menyala-nyala.

Pagi-pagi buta, langit-langit Sumbawa dihiasi semburan cahaya merah matahari terbit. Sinarnya bersinar menembus kamar Cottage kami. Melewati sela-sela padang savana meranggas kecoklatan. banyak cara kami melewati pagi ini dengan saling bernarsia ria, berteriak-teriak tidak jelas di antara padang savana paserang. Merasakan deburan ombak dengan semilir angin di pagi hari.

Pagi ini, kami menaiki bukit paserang. Dari Puncak bukit, kami lebih leluasa menikmati keindahan pulau paserang dengan padang savananya. Mentari pagi yang memendarkan warna merah menyelimuti paserang pagi ini. saya membayangkan kalau Paradise Ressort dan Cottage sudah semuanya selesai dibangun. Tanah lapang dan pantai pesisir barat Paserang akan dipenuhi Cottage dengan berbagai fasilitas. Dalam hati saya berfikir agar bisa kembali setelah pembangunannya selesai.

Mencari Ikan

Mencari Ikan

Di tepian pantai, dua kawan saya, Jefry dan Daffa sedang berjalan seperti sedang menginjak sesuatu di dalam air. Pagi ini air laut sedang surut sehingga terumbu karang-terumbu karang yang biasanya di dalam laut muncul ke permukaan. Jefry dan Daffa mencari sesuatu dibalik terumbu karang : ikan Sebelah.

Di Pinggiran pantai, saya hanya memperhatikan jefry dan daffa yang sedang mencari ikan sebelah. Beberapa kali Daffa menginjak pasir-pasir agak keras. Jeffry duduk dengan cara jongkok tepat di samping Daffa. Ya begitulah cara mencari ikan sebelah: menginjak-nginjak pasir. Kawan-kawan lain siap siaga untuk mengambil ikan yang yang biasa bersembunyi di balik pasir itu.

Beberapa Daffa dan Jefry berpindah-pindah tempat. Lumayan cukup susah menangkap ikan bertubuh licin. Perjuangan jefry akhirnya terbayarkan setelah beberapa kali berpindah. Ikan berwarna belang dengan bentuk yang cukup unik. Separuhnya badannya berkulit gelap, separuhnya lagi tanpa kulit dengan warna dasar putih. Persis seperti ikan yang separuhnya diambil kulitnya. Inilah keunikan ikan sebelah.

Flatfish atau Ikan sebelah hidup seperti bunglon dengan menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungannya. Ikan sebelah sering disebut juga sebutan ikan sisa nabi. Orang-orang nelayan Bajo yang saya temui di sana juga menyebutnya sebagai ikan Sisa Nabi.

Alkisah, Nabi musa akan bertemu dengan Nabi Hidir di perbatasan dua laut. Keberadaan Nabi Hidir ditandai dengan hidupnya ikan yang separuh badannya sudah dimakan oleh Nabi Musa tersebut. Itu terjadi saat Nabi Musa beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang. Nabi Musa dan pembantunya beristirahat dan kemudian memakan bekal yang dibawanya dari tadi termasuk ikan yang baru dimakan separuhnya. Setelah melepas lelah, Nabi Musa dan Pembantu melanjutkan perjalanan kembali.

Hari ini, di pulau paserang ini saya baru merasakan lezatnya ikan sebelah atau ikan sisa nabi ini. dagingnya sedikit kenyal tapi empuk. Cara memakannya unik: dimulai dari tubuh terluar kedalam seperti seorang yang sedang menguliti daging kambing. Bagi kawan-kawan yang sempat menginap di Paserang, sempatkanlah merasakan lezatnya daging ikan sebelah ini.

Pagi ini, kami akan menikmati hamparan terumbu karang pulau Paserang. Sejak pagi, sebelum kami snorkling. Saya sudah melihat hamparan terumbu karang yang muncul di permukaan. Bagi yang tak ingin berbasah-basahan kita bisa menikmati terumbu karang dari atas Dermaga. Paserang memang menawarkan wisata bahari yang sangat memukau. Terumbu karangnya beragam dan dangkal. Saking dangkalnya, jika kita snorkling kurang berhati-hati, anggota badan kita bisa terluka terkena goresan terumbu karang yang terlalu dangkal.

seorang anak laki-laki Ibu Tendri Niwik, Oki namanya. Dia sedang duduk bersama pekerja di atas darmaga. Oki banyak bercerita tentang keadaan pulau paserang serta progres pembangunan resort di paserang. pagi itu, kami lebih banyak menikmati indahnya terumbu karang di sekitar dermaga. Melihat kawan-kawan kami yang mengejar penyu yang berenang di Merasakan deburan ombaknya. Melihat arus laut yang memutar-mutar tak jauh dari tempat snorkling. Arus laut yang cukup membayakan bagi snorkler pemula seperti saya. Sehingga para snorkler pemula tak sadar bahwa dia telah dibawa ke tengah laut.

Dari Dermaga, saya merasakan desiran angin laut sambil memandangi pulau kambing dan pulau Belang yang bersebelahan. di Pulau Belang banyak danau-danau air asin yang berada di tengah-tengah pulau. Itu lah penjelasan yang kami dapatkan dari anak perempuan Ibu Tendri. Bahkan kami disuruh agar menyempatkan pergi ke pulau belang melihat laguna-lagunanya dan merasakan masakan-masakan lautnya yang lezatnya. Akh mungkin suatu saat saya bisa mengunjungi laguna-laguna seperti yang disarankan.

Saat matahari sedang teriknya, Ibu Tendri Niwik, Direktur PT NOP mendekati kami yang sedang berkemas-kemas untuk meninggalkan paserang. Bu Tendri datang bersama anak perempuannya dengan topi khas pantainya. Beliau share dan cerita banyak kepada rombongan kami. Beliau bercerita bahwa Cottage ini masih gratis karena memang dibuka kepada umum. Beliau juga berpesan bahwa “kalau ada orang atau wartawan bertanya apakah kami menarik tarif. Bilang aja tidak. Kami sampai dengan saat ini belum menarik bayaran kepada wisatawan yang menginap di tempat kami, imbuhnya.

saat perahu kami meninggalkan pulau paserang, Agus sang nakoda perahu menanyai seperti apa yang telah diperingatkan oleh Ibu Tendri. Kalian ditarik bayaran tidak?kalau kalian ditarik bayaran oleh Mereka, laporkan kepada kami. Ada pertanyaan-perntayaan yang membuatku bingung. Bukankah sebetulnya seandainya pihak pengelola pulau paserang menarik bayaran kepada wisatawan yang menginap di Cottage-nya. Tapi kenapa seakan-akan ketika pihak pengelola menarik bayaran, mereka akan disalahkan bahkan dilaporkan. Ada apa?..

Pak Agus bercerita bahwa dulunya dia juga pegawai di PT NOP. “Setahun lalu, saya juga bekerja di situ pak, tapi saya keluar. Ngak enak, saya harus menginap di paserang. keluarga saya di sumbawa Pulang seminggu sekali, gajinya pun kecil. Tak cocoknya mas,” katanya kepada kami saat perahu kami melintasi selat alas meninggalkan Pulau Paserang.

Menyusuri Padang Savana Pulau Kenawa

Hiruk pikuk Poto tano yang terhenti

Hiruk pikuk Poto tano yang terhenti

Jembatan Pelabuhan Poto Tano

Jembatan Pelabuhan Poto Tano

Pagi ini kami harus segera beranjak menuju perjalanan selanjutnya yaitu Kenawa dan Paserang. Kalau tadi malam kami melewati jalan setapak, maka pagi ini kami akan berjalan menyusuri pesisir pantai yang membentang dari Mercusuar hingga ke Pelabuhan Tano, melewati padang rumput bunga berwarna kuning kecoklatan. Padang rumput berduri yang biasanya tumbuh di pesisir pantai. Langit pagi ini begitu cerah dengan lembayung senja. Awan terbang rendah di atas pelabuhan Poto Tano.

Pelabuhan Poto Tano berada di kawasan teluk Tano yang dikelilingi perbukitan-perbukitan berwarna kecoklatan. Poto Tano pagi ini terdiam, ombak pun tenang dengan diliputi pagi yang tenang. Pelabuhan Poto Tano nampak sepi dan lengang menawarkan pesona tersendiri. Kalau dilihat dari atas bukit, Poto tano akan menawarkan panorama indah di kawasan teluk yang berbentuk seperti bulan sabit separuh lingkaran. Matahari terbit muncul di balik bukit-bukit sumbawa dengan temaram warna jingga .

Bunga-bunga yang berbunga di bulan Oktober- Desember mulai bermunculan dengan aneka warna. Kebanyakan didominasi warna merah sepadan dengan tiang-tiang koridor jalan yang dicat berwarna merah. Di kejauhan sana, Desa Poto tano lengkap lanscape bukit kecoklatannya terlihat asri. Saya menyukai Pelabuhan Poto tano di waktu pagi pada bulan oktober. Di saat bunga itu sedang bermekaran. Saat air laut sedang surutnya. Hiruk pikuk pelabuhan tak kami jumpai di pelabuhan ini. ini lah pelabuhan terapik yang pernah saya liat dengan lanscape yang memanjakan mata.

 

Melintasi selat alas

Melintasi selat alas

Seeorang lelaki setengah baya dengan badannya yang tegap mendekati saya yang berjalan seorang diri dengan setengah buru-buru mengejar kawan yang sudah tiba duluan di sebuah warung di pojokan terminal pelabuhan. “mas, ojek mas, katanya. Dia kemudian meninggalkan saya setelah melihat gelengan kepalaku. Kami akan menyeberang ke Pulau Kenawa dan Paserang menggunakan satu kapal untuk mengangkut rombongan kami yang berjumlah 17 orang. Daya tampung perahu tak cukup mengangkut kami sekaligus. Sehingga kami diangkut secara bergantian. Rencananya kami akan menginap di Pulau Paserang. Tujuan pertama kami adalah Kenawa. Si Pulau Tikus itu.

untuk mencapai Pulau Kenawa satu-satunya cara adalah menyewa perahu. Tarif sewa perahu biasanya tergantung banyaknya penumpang. Bisa Rp150.000 hingga Rp350.000 dengan waktu tempuh sekitar 50 menit. Sepanjang perjalanan dari pelabuhan hingga pulau Kenawa, saya hanya melihat bukit-bukit gersang kecoklatan, pasir-pasir putih dan air laut yang berwarna biru dengan gradasi warnanya. Dari kejauhan, Pulau Kenawa menawarkan pesonanya dengan gradasi warna air lautnya. Meneduhkan.

Menginjakkan kaki di Pulau Kenawa, pulau ini seakan memperjelas tentang keberadaannya. Gersang dan tak berpenghuni. Bukitnya gundul berwarna kecoklatan. begitu kontras dengan pemandangan alamnya. Pulau Kenawa seperti pulau telah lama ditinggal pemiliknya. Beberapa berugak berdiri di sepanjang pesisir pulau. Bahkan, hampir mengelilingi pulau ini. Berugak-berugak itu katanya dibangun oleh pemerintah kemudian dibiarkan begitu saja. sebagian atapnya sudah banyak yang bolong. Terbang bersama angin. Satu-satunya tower penampung airnya karatan. Penampung airnya tak ada sama sekali. Kosong tak berbekas.

Pulau Kenawa sudah disewakan kepada perusahaan asal Swedia yang bernama PT. Eco Solutions Lombok (ESL) selama 30 tahun. Tapi, hingga saat ini Perusahaan Swedia ini juga belum beroperasi. Pulau dengan luas 13,8 hektar ini memiliki panorama alam yang indah menjadi incaran para investor: Bukit yang berada di sisi utara pulau, pasir putih dengan terumbu karang yang masih alami.

 

Bersiap-siap landing di pulau Kenawa

Bersiap-siap landing di pulau Kenawa

Investor-investor anyar dalam dunia pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat memang banyak. Pariwisata di Lombok dan Sumbawa sedang tumbuh-tumbuhnya. Target satu juta wisatawan yang ditergetkan oleh Gubernur sudah tercapai beberapa tahun yang lalu. Pemerintah-pemerintah daerah belum siap. Investor yang datang, langsung diberikan hak pengelolaan. Ijin-ijin diobral. Conflict of interest pun tak terelakkan. Perwakilan daerah pun ikut-ikutan meradang. “Bupati sebaiknya tidak mengobral obral perijinan pengelolaan pulau, kata perwakilan rakyat di salah satu media lokal. Lihat pulau-pulau ini ijin sudah dikeluarkan tapi tak ada aktivitas sama sekali, tambahnya.” Dan hari ini, saya menyaksikan geliat Pulau Kenawa yang jalan di tempat.

Jika kita berada di tengah-tengah pulau Kenawa atau berada di atas bukit. Kita akan memandangi rerumputan kering berwarna kecoklatan bercampur dengan warna hijau. Bukit Kenawa itu gersang Meranggas bercampur dengan teriknya panas mentari. Tak ada rumput sekalipun. Pulau kenawa pernah terbakar tiga bulan lalu sekitar tanggal 3 agustus 2014. Ntah lah terbakar oleh proses kimiawi alam karena gesekan gesekan rerumputan kering atau sengaja dibakar oleh orang-orang yang tak berkepentingan.

Padang Savana Kenawa di musim kemarau tergantikan oleh bukit gundul bulat laksana rambut kepala yang dicukur plontos. Tiga bulan telah berlalu. Rerumputan itu mulai tumbuh lagi. Berpola dan berbentuk sedemikian rupa. Berbentuk satu ikatan rumput laksana padi dengan jarak yang seragam. Keajaiban yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Heran bercampur takjub. Bingung hingga pertanyaan-pertanyaan liar mengalir begitu saja di fikiranku. Kug bisa?, Biarlah pola dan bentuk rumput rumput ini menggelayut di otakku. Sebagai kenangan dari pulaunya padang Savana.

terkapar kecapean di berugak

terkapar kecapean di berugak

Nama Pulau Kenawa berasal dari Pohon Kenawa yang tumbuh subur di sisi barat pulau. Pohon Kenawa ini hanya tumbuh di salah satu sisi pulau ini. Dan saya tidak menemukannya tumbuh di sisi lainnya dari pulau kenawa ini. saya tidak tahu kenapa hanya tumbuh di sisi baratnya saja. Apakah di sisi barat pulau ini relatif subur, saya juga belum bisa memastikannya, ataukah Pohon Kenawa sendiri memiliki karasteristik tersendiri sehingga hanya tumbuh bagian tertentu saja?. Pertanyaan-pertanyaan liar ini akhirnya terjawab oleh kawan saya, Baktiar Sontani namanya. Itu lah satu pengetahuan survival der-mengenal lingkungan untuk bertahan hidup, katanya saat memberikan komentar di salah satu statusku.

Di sisi barat pulau Kenawa, langsung berbatasan dengan pulau Sumbawa dengan jarak lumayan dekat. sedangkan di sisi lainnya, tak ada pulau-pulau yang berbatasan secara langsung. Pohon-pohon biasanya tumbuh subur di daerah yang lebih terlindungi seperti karena di depannya ada pulau atau gugusan atol yang menyebabkan pepohonan terlindungi dari gelombang besar.

Pulau Kenawa ini banyak dikenal dengan sebutan Pulau Tikus. Masyarakat sekitarnya lebih familiar dengan sebutan Pulau Tikus. Sebutan itu bukan karena pulau kenawa banyak dihuni oleh tikus-tikus besar. Tapi karena Pulau Kenawa terlihat seperti seekor tikus jika dilihat dari kejauhan. Baik dari Pelabuhan Poto Tano maupun dari Pulau Paserang.

Tiba di pulau ini, kami langsung tepar di Berugak salah sudut di bagian barat laut pulau Kenawa. Berbatasan langsung dengan pepohonan Kenawa di sisi barat pulau. Di Luar, Panas begitu menyengat di pulau yang hanya ditumbuhi rerumputan ini. Angin sepoi-sepoi berhembus kencang dari pepohonan Kenawa membuat kami males beranjak dari berugak yang sebagian atapnya bolong. Atapnya terbuat dari rumah adat khas Sumbawa yaitu: Bambu yang dibentuk sedemikian rupa.

 

Rerumputan Kenawa yang terlihat dari Bukit Kenawa

Rerumputan Kenawa yang terlihat dari Bukit Kenawa

Perjalanan malam dari Mataram ke Kayangan kemudian menyeberang ke Poto Tano. Di sana lah kami terdampar di sekitar Mercusuar Poto Tano dengan beralaskan pasir dan beratapkan langit dengan taburan bintang. Kami baru bisa sedikit berisitirahat jam 03.00 pagi. Capek tak terperi. Siang ini adalah pembalasannya. Istirahat melepaskan penat. Perutku mulai keroncongan, rasa kantukku terkalahkan oleh rasa lapar. Bekal satu bungkus nasi seharga Rp10.000,00 yang dibeli di Pelabuhan Poto tano. Hampir semuanya membawa bekal nasi kecuali om Jefry. Om Jefry sudah siap backpacking dengan cara survival. Wajan, kompor gas, lengkap dengan makanan dan bumbunya sudah dibawanya. Makanan-makanan itu sekarang sudah siap diracik oleh Chef Jefry.

Istirahat bergeser menjadi permainan. Permainan lebih seru daripada sekedar tidur istirahat di berugak. Entah siapa yang memulai di antara kami, Permainan kartu dimulai secara bergantian: Jendral dan 7up. Yang kalah, wajahnya dicoret-coret menggunakan arang hitam oleh yang lain. Wajah yang awalnya bersih bercampur lesu menjadi belang-belang hitam dengan menanggung malu. Yang paling sering kalah adalah Tri Prasetyo. Wajahnya paling banyak coretannya. tak lupa Sandy, kawan sepermainannya mengabadikannya dalam kamera Hp, untuk kemudian diupload di sosial media. Begitu lah kami meluapkan rasa capek. Bercanda, bermain, kemudian tertawa lepas bersama. Saling ejek adalah hal biasa, tak perlu Saling mengular benci dan memupuk kedengkian. Yang kalah maupun yang menang sama-sama tertawa. itu lah kami dan Itulah tujuannya.

IMG_0137

Pose terbaik

Pose terbaik

Di tengah-tengah berugak, Satria Ahmadi memetik-memetik gitar kesayangannya melentingkan suara emasnya dengan referensi lagu-lagu yang segudang. Di antara kami, satria adalah vokalis sekaligus gitaris dan paling banyak hafal lagu-lagu. Dangdut hingga barat, India hingga Jepang. Lagu cinta atau lagu lucu-lucu. Itulah Satria dengan segala keunikannya.

Hampir satu jam, kami beristirahat. Jefry dan Daffa sudah snorkling sejak tadi. Kami masih terkapar di salah satu berugak bolong dengan muatan manusia lebih dari selusin. Tak afdal rasanya, jauh-jauh ke Kenawa tapi tak menyicipi indahnya taman laut di Pulau Kenawa. Satu persatu di antara kami akhirnya turun nyebur ke laut lengkap perlengkapan snorkling. Hanya beberapa saja yang memang tak hobi dan tak bisa berenang. Perlengkapan snorkling kami bawa sendiri. Di Kenawa tak ada penyewaan alat snorkling. Jangan kan penyewaan alat snorkling. Pulaunya saja tak berpenghuni.

 

Begibung alias makan bersama

Begibung alias makan bersama

Keindahan varietas terumbu karang yang beranika ragam dengan corak warna warni, baik yang hard corals maupun yang soft corals seperti karang meja-table corals, Brain Corals, dan Cabbage Corals.Varietas terumbu karang yang saya temui adalah soft corals laksana pepohonan dan dedauanan yang melambai-lambai saat ada arus air atau ada ikan-ikan berenang-renang di sekitarnya. berbagai jenis ikan terumbu karang dengan warna-warna cerah memperindah taman-taman laut di sisi selatan pulau Kenawa. Ikan-ikan badut yang bersembunyi di balik anemon-anemon yang melambai-lambai. Yang mengagetkan saya adalah ini: sekumpulan ikan-ikan kecil yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan berenang ke sana ke mari menabrakkan tubuhnya dengan tubuhku.

Ada rasa takjub saat melihatnya. Heran sekaligus bingung. Ikan apakah ini?. sayang, saya tak punya kamera underwater untuk merekam gerak-gerik ikan-ikan kecil yang menggodaku. Menabrakkan diri dengan betis, kaki dan tubuh serta pelampungku yang masih kuat menempel di tubuh ku.

Semua keindahan itu terekam dalam ingatan kami. Tak cukup itu, Indrayana juga mengabadikan momen bawah air itu. Di antara kami, ada dua orang yang membawa kamera anti air. Kanjeng Mami Rahma dan Indrayana. Mereka berdualah yang bertugas untuk mengabadikan. Baik video maupun capture foto.

Semoga ikan-ikan kecil yang menggodaku bukan karena alasan pelampungku yang masih menempel kuat di tubuhku!!!.

siap-siap meninggalkan Kenawa

siap-siap meninggalkan Kenawa